Selasa, 01 Desember 2015

Materi seputar pemeliharaan kelapa sawit

Materi seputar pemeliharaan kelapa sawit



 RANGKUMAN MATERI PEMELIHARAAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN
Pemeliharaan tanaman pada komoditas perkebunan, biasanya dikelompokkan ke dalam tanaman belum menghasilkan atau di singkat (TBM) dan tanaman menghasilkan disingkat (TM). Anonim (2004) menjelaskan bahwa yang dimaksud TBM pada kelapa sawit adalah masa sebelum panen  (dimulai dari saat tanam sampai panen pertama) yaitu berlangsung 30-36 bulan.
Kegiatan pemeliharaan tanaman kelapa sawit, sejak bibit sawit selesai ditanam di lahan sampai  tanaman mulai pertama kali berbunga yaitu:
§  Memelihara Kerapatan Tanaman Produktif
§  Analisis Pertumbuhan Tanaman
§  Pemeliharaan Pohon
§  Pemeliharaan  Tanaman Penutup Tanah
§  Pemupukan Tanaman
§  Kastrasi dan Tunas Pasir
§  Pengendalian Hama dan Penyakit
§  Persiapan Panen
§  Pemeliharaan Sarana Kebun
Kegiatan memelihara kerapatan tanaman produktif meliputi sensus tanaman, konsolidasi tanaman dan penyisipan tanaman.
1.    Sensus Tanaman
Sensus adalah kegiatan yang dilakukan untuk menginventarisasi tanaman yang mati, tumbang atau terserang hama atau penyakit. Anonim (2003) menjelaskan bahwa Kerapatan tanaman sesuai dengan standar dengan pohon yang sehat harus dicapai pada bulan  ke 12  setelah  penanaman. Sensus  pada  TBM 1  dengan  penyisipan  menjadi
prioritas utama. Dari bulan ke 14 hingga ke 23, sensus tanaman  non produktif memastikan pohon yang harus dibongkar dan disisip pada bulan ke 26. Kedua kegiatan tersebut bertujuan untuk memastikan pohon-pohon yang a Sensus pada TBM 1 bertujuan untuk mengetahui tanaman yang mati, titik kosong, pohon yang diserang berat oleh hama (tikus, Oryctes dll) maupun tanaman abnormal. da di lapangan adalah pohon produktif. Sensus tanaman dilakukan pada umur 2, 6 dan 10 bulan setelah tanam
2.    Konsolidasi Tanaman
Kegiatan ini merupakan tindakan rehabilitasi terhadap tanaman yang baru ditanam dan tidak sesuai dengan syarat kultur teknis. Setelah dilakukan sensus tanaman (inventarisasi tanaman) yang mati, tumbang, diserang hama/penyakit maka diketahui jumlah tanaman yang perlu ditegakkan maupun tanaman yang perlu disisip kembali. Idealnya kegiatan ini dilakukan sebulan setelah penanaman dan diulang 6 bulan kemudian. memudahkan dalam perawatan selanjutnya, seperti pemupukan tanaman dan perawatan piringan pohon.
3.    Penyisipan Tanaman
Kegiatan penyisipan tanaman dilakukan untuk mengganti tanaman yang telah mati, hilang atau kemungkinan besar tanaman tidak akan berproduksi optimal Pelaksanaan penyisipan tanaman yaitu 3 – 6 bulan setelah tanam, sehingga dimungkinkan terjadinya keseragaman panen. Frekuensi waktu penyisipan tanaman dilakukan dengan ketentuan 2 - 4 rotasi per tahun selama 18 bulan sejak tanam.
Cara penyisipan tanaman yaitu  tanaman yang mati  dicabut dan ditempatkan dalam gawangan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyisipan tanaman, antara lain :
§  Lubang tanam digali kembali dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 50 cm
§  Bibit disiram dahulu sebelum dikirim ke lapangan
§  Bibit yang akan disisipkan harus sama umurnya dengan tanaman yang ada di lapangan
§  Cara penanaman seperti tanaman baru
§  Lubang tanam dipupuk dengan 500 gram Rock Pospat (RP) per lubang
§  Penyisipan tanaman dapat dilakukan selama masa TBM 1, 2, 3 dan tidak ada penyisipan pada waktu TM agar tanaman cukup seragam.
§  Tanaman sisipan dirawat secara intensif agar dapat mengejar pertumbuhan tanaman aslinya.
Pengukuran Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan (growth) diartikan sebagai perubahan secara kuantitatif selama siklus hidup tanaman yang bersifat tak terbalikkan (irreversible).
Perkembangan (development) diartikan sebagai proses perubahan secara kualitatif atau mengikuti pertumbuhan tanaman. Proses hidup yang terjadi di dalam tanaman yang meliputi pertumbuhan, diferensiasi sel, dan morfogenesis. Misalnya : perubahan dari fase vegetatif ke generatif.
Diferensiasi adalah sel-sel meristematik berkembang menjadi dua atau lebih macam sel/jaringan/organ tanaman yang secara kualitatif berbeda satu dengan yang lainnya. Misalnya : pembentukan jaringan xylem  dan phloem
Morfogenesis merupakan proses hidup yang menyangkut interaksi pertumbuhan dan diferensiasi oleh beberapa sel yang memacu terbentuknya organ. Misalnya : pembentukan daun, buah, batang, bunga, akar.
Kegiatan pengukuran pertumbuhan merupakan upaya untuk memperoleh data tingkat pertumbuhan dan kondisi tanaman.
Caranya yaitu mengukur panjang pelepah pada berbagai umur. Data hasil pengukuran tersebut akan dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan.
Tabel 1. Standar Panjang Pelepah
Umur (Bulan setelah tanam)
Pelepah yang diukur
Panjang pelepah
Bibit lokal (cm)
Bibit dami (cm)
6
Pelepah ke 3
130 – 140
150 - 160
12
Pelepah ke 3 dan 9
160 – 180
180 – 220
18
Pelepah ke 3 dan 9
220 – 240
240 - 270
24
Pelepah ke 9 dan 17
270 – 290
290 - 320
Sumber : PT. IMC (2011). Standar Operasional Prosedur Agronomi
Waktu pengukuran pertumbuhan tanaman kelapa sawit belum menghasilkan, mengikuti ketetapan dari bagian agronomi kebun, yaitu ditentukan sebagai berikut :
Tabel 2. Jadwal Pengukuran
Pengukuran
Waktu
Pertama
6 bulan sesudah penanaman
Kedua
12 bulan sesudah penanaman
Ketiga
18 bulan sesudah penanaman
Keempat
24 bulan sesudah penanaman
Cara pengukuran pertumbuhan tanaman dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :
§  Posisi pelepah yang diukur disesuaikan dengan umur tanamannya, yaitu :
Tabel 3. Pelepah yang diukur
Bulan sesudah penanaman
Pelepah yang akan diukur
6
Pelepah 3
12
Pelepah 3 dan 9
18
Pelepah 3 dan 9
24
Pelepah 9 dan 17
§  Panjang pelepah diukur dari posisi rundimeter (titik B) ke ujung pelepah (titik A), seperti terlihat pada gambar berikut :
Posisi pelepah dihitung mulai dari titik tumbuh, pelepah nomor 1 yaitu pelepah yang telah mekar bukan yang masih nguncup.
Pohon yang dipilih untuk diukur panjang pelepahnya yaitu  ± 36 pohon per blok 30 ha. Penentuan pohon yang akan diukur dilakukan per 10 baris. Dimulai dari baris ke 10 pohon ke 5 dari pinggir jalan, dilanjutkan pohon ke 15 dan pohon ke 25.
Pohon yang diukur harus pohon normal dan bukan sisipan. Apabila pohon yang akan diukur terletak pada titik kosong atau abnormal/sisipan, maka pengukuran dilakukan pada pohon normal disebelahnya da lam barisan.
1.    Analisis Data Pengukuran
Data hasil pengukuran pelepah harus dicatat dalam formulir berikut :
PENGAMATAN PANJANG PELEPAH
KEBUN                 : ... ... ... ... ... ...             Blok : ..........                                                      team :
DIVISI                  : ... ... ... ... ... ...                                                                                        ... ... ... ... ... ...
                                                         Tahun tanam          : ... ... ...                            ... ... ... ... ... ...
                                                         Bulan tanam           : ... ... ...                            ... ... ... ... ... ...
                                                         Umur tanaman       : ... ... ... bulan
Tanggal                 : ... ... ... ... ... ... ...
Pohon
Panjang pelepah
Baris no.
Pohon no.
Pelepah 3
Pelepah 9
Pelepah 17
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
Rata-rata
Standard deviasi
Standar Deviasi (Sd) bisa dihitung langsung menggunakan rumus di Microsoft Excel yaitu rumus = stdev(data). Perhitungan standar deviasi secara manual menggunakan rumus berikut:
Dimana:
x                = data ke n
x bar          = x rata-rata = nilai rata-rata sampel
n                = banyaknya data
Bilamana Sd per rerata x100 < 20, dikatakan pertumbuhan tanaman belum menghasilkan tersebut dalam keadaan seragam atau homogen.
PEMELIHARAAN PIRINGAN POHON
Piringan berfungsi sebagai tempat untuk menyebarkan pupuk. Selain itu, piringan juga merupakan daerah jatuhnya buah kelapa sawit.  Pemeliharaan piringan dan gawangan bertujuan antara lain untuk:
   Mengurangi kompetisi gulma terhadap tanaman dalam penyerapan unsur hara, air,dan sinar matahari.
   Mempermudah pekerja untuk melakukan pemupukan dan kontrol di lapangan.    
1.    Pembersihan Piringan Secara Manual
Pemeliharaan piringan secara manual yaitu tenaga manusia dengan menggunakan cangkul. Piringan pohon yang dibersihkan dari gulma jari-jarinya berbeda untuk TBM 1 jari-jari piringan 100 cm, TBM 2 jari-jarinya 125 cm dan TBM 3 jari-jarinya 150 cm. Pembersihan gulma secara manual tersebut dilakukan dengan cara menggaruk rumputan di piringan pohon, dengan ketentuan sebagai berikut :
§  TBM 1 = 2,5 HK/ha/rotasi, dilakukan 12 kali dalam setahun ( 1bulan sekali)
§  TBM 2 = 3,0 HK/ha/rotasi, dilakukan 8 kali dalam setahun
§  TBM 2 = 4,0 HK/ha/rotasi, dilakukan 8 kali dalam setahun
2.Pembersihan Piringan Secara Kimiawi
Pembersihan piringan secara kimiawi, dapat dilakukan mulai TBM 3 dengan rotasi 2 bulan, herbisida yang digunakan yaitu glyphosate dengan dosis 300 cc/ha/rotasi. Dengan persyaratan tidak boleh mengenai tajuk kelapa sawit. Di wilayah yang memiliki tenaga kerja terbatas, pengendalian gulma dilakukan dengan menggunakan herbisida pratumbuh;, Pemakaian herbisida ini harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat menirrrbulkan abnormalitas pada pertumbuhan tanaman dan pembungaan seperti partenokarpi, hermaprodit, mantled dan androgynous. Bahan yang biasa dipakai diantaranya Paraquat 0,17-0,20 kg bahan aktif/100 liter air dengan rotasi 2-3 bulan sekali atau Glyposate 0,18-0,27 kg bahan aktif/200 liter air dengan rotasi 4-5 bulan sekali.
PEMELIHARAAN TANAMAN PENUTUP TANAH
Tujuannya yaitu mempertahankan kondisi areal agar tetap murni tanaman penutup tanah.
Teknik pelaksanaannya :
§  Cabut atau garuk gulma di antara tanaman penutup tanah (kacangan) secara teratur
§  Balik dan potong sulur kacangan yang masuk piringan pohon atau membelit pohon
§  Dongkel kayuan pada areal kacangan
§  Budi (2009), menjelaskan bahwa pelaksanaan pemeliharaan piringan dan gawangan, harus memperhatikan beberapa ketentuan sebagai berikut : 
§  P 1  = menyingkirkan semua gulma, kacangan bersih  dari gulma  (kacangan 100%)  umur
§  0-6 bulan, rotasi 2 minggu 
§  P 2       = kacangan 85%, rumput lunak 15%, umur 7-12 bulan, rotasi 3 minggu 
§  P 3       = kacangan 70%, rumput lunak 30%, umur 13- 24 bulan, rotasi 3 minggu 
§  P 4       = dongkel perdu, kacangan bercampur dengan rumput lunak, umur 24-30 minggu,
§  rotasi 4 minggu
§  P 5       = babat layang (slashing), bebas dari lalang dan anakan kayu.
  Pengendalian Gulma di Gawangan
Pengendalian gulma digawangan dilakukan dengan cara :
§  menggaruk dengan parang atau mencabut gulma.
§  Bila vegetasi gulma > 70 cm dilakukan pembabatan dengan parang.
§  Rotasi pengendalian pada TBM 2 dan TBM 3, 1 x tiap 2 bulan, norma 2 HK/ha.
Pengendalian Lalang
Pengendalian lalang dilakukan dengan 2 cara, yaitu pengendalian wiping herbisida dan penyemprotan herbisida.
a.    Wiping alang-alang dilakukan pada keadaan spot/sporadis dengan mengusap daun alang-alang dengan herbisida, untuk TBM 1 norma 1 HK/ha/bulan dan TBM 2 dan TBM 3, norma 0,5 HK/ha/2 bulan.
Teknik wiping lalang, yaitu :
§  Larutan herbisida berbahan aktif glyphosate dengan konsentrasi 1 %
§  Kain lap dicelupkan ke larutan, lalu diperas sedikit
§  Kain lap diperas sedikit pada pangkal batang lalang agar larutan mengalir ke bawah melalui batang lalang, lalu kain ditarik ke atas untuk membasahi daun lalang
§  sebagai tanda lalang yang sudah diwiping, ujung daun lalang dipotong sedikit
§  Pengawasan yang teliti menjadi faktor penting yang menentukan keberhasilan wiping lalang.
b.    Spot alang-alang dilakukan dengan menyemprot alang-alang dengan herbisida jika alang-alang berupa rumpun. Norma kerja 1 HK/ha/2 bulan
Kondisi lalang dapat dikelompokkan menjadi :
o  Sheet             : mengelompok – luas
o  Spot               : mengelompok – setempat-setempat
o  Sporadis        : jarang-jarang
    
§  Lalang sheet dan spot dikendalikan dengan penyemprotan menggunakan herbisida glyphosate konsentrasi 0,5 %. Sheet 3-4 liter glyphosate, 6-9 HK/ha, dan Spot 1,5-2 liter glyphosate, 3-5 HK/ha.
§  Wiping lalang dilakukan pada kondisi lalang sporadis, dengan bahan glyphosate konsentrasi 1%. Tenaga yang diperlukan 0,1-0,2 HK/ha.
Pemupukan Tanaman Penutup Tanah
Tanaman penutup tanah (kacangan) pada dasarnya tidak memerlukan pemupukan karena tanaman ini mampu bersimbiose dengan bakteri rhizobium membentuk bintil akar. Bakteri ini mampu mengikat N bebas di udara, karena itu tanaman kacangan ini tidak memerlukan pemupukan N yang banyak.
PEMUPUKAN TANAMAN BELUM MENGHASILKAN
1.    Dosis Standar Pupuk TBM
Jadwal dan Dosis (g/pohon) pemupukan untuk TBM di tanah mineral pada situasi umum
Tahun ke
Bulan
Urea
TSP
MOP
Kieserite
HGFB
1
Lubang tanam
-
350
-
-
-
1
200
-
-
-
-
3
-
-
350
250
-
4
250
-
-
-
-
6
-
450
-
-
10
8
350
-
-
-
-
Total tahun 1
800
800
350
250
10
2
13
350
450
-
-
-
14
-
-
450
350
-
15
-
-
-
-
50
17
450
-
-
-
-
18
-
500
-
-
-
20
-
-
700
-
-
21
600
-
-
-
-
Total tahun 2
1.400
950
1.150
350
50
3
25
-
600
-
-
-
26
650
-
1.000
400
60
31
750
600
-
-
-
32
-
-
1500
-
-
Total tahun 3
1.400
1.200
2.500
400
60
Sumber : PT IMC (2011).Jadwal dan Dosis (g/pohon) pemupukan TBM pada tanah mineral (eks lalang)
Tahun ke
Bulan
Urea
TSP
MOP
Kieserite
HGFB
1
Lubang tanam
-
400
-
-
-
1
250
-
-
-
-
3
-
-
400
300
-
4
300
-
-
-
-
6
-
500
-
-
10
8
450
-
-
-
-
Total tahun 1
1.000
900
400
300
10
2
13
450
500
-
-
-
14
-
-
550
400
-
15
-
-
-
-
50
17
550
-
-
-
-
18
-
600
-
-
-
20
-
-
850
-
-
21
700
-
-
-
-
Total tahun 2
1.700
1.100
1.400
400
50
3
25
-
700
-
-
-
26
750
-
1.250
450
60
31
850
700
-
-
-
34
-
-
1850
-
-
Total tahun 3
1.600
1.400
3.100
450
60
Sumber : PT IMC (2011).
Jadwal dan Dosis (g/pohon) pemupukan TBM pada tanah gambut
Tahap
Ke
Bulan
Campuran Starter
Urea
RP
TSP
MOP
LSD
Super
Dolomit
CuSO4
Znso4
HGFB
1
Lubang
Tanam
300
-
-
-
-
-
-
(1)
(1)
-
1
2.000
200
-
-
-
-
-
-
-
-
2
-
-
-
400
-
-
-
-
-
-
3
-
-
-
-
200
-
-
-
-
-
4
-
300
-
-
-
-
-
-
-
-
6
-
-
-
-
-
-
250
-
-
10
7
-
350
-
-
300
-
-
-
-
-
10
-
350
750
-
-
-
-
-
-
-
11
-
-
-
-
400
-
-
75
75
-
Total tahun 1
2.300
1.200
750
400
900
0
250
75
75
10
2
13
-
400
-
-
-
1.000
-
-
-
-
14
-
-
-
-
600
-
-
-
-
30
15
-
-
-
500
-
-
-
-
-
-
16
-
400
-
-
-
-
-
-
-
-
18
-
-
-
-
700
-
400
-
-
-
19
-
450
-
-
-
-
-
-
-
-
20
-
-
1.000
-
-
-
-
-
-
-
22
-
450
-
-
800
-
-
-
-
-
23
-
-
-
-
-
-
-
100
100
60
Total tahun 2
0
1.700
1.000
500
2.100
1.000
400
100
100
90
3
26
-
1.000
-
-
1.000
1.500
-
-
-
-
27
-
-
1.000
-
-
-
-
-
-
-
30
-
800
-
-
1.000
-
- (*)
-
-
-
31
-
-
-
-
-
-
-
100
100
100
34
-
700
-
-
1.000
-
-
-
-
-
Total tahun 3
0
2.500
1.000
0
3.000
1.500
0
100
100
100
Sumber : PT IMC (2011).
Catatan :
a. Campuran starter = 77,5 % Kaptan = 12,5 % RP = 5 % CuSO4 = 5 % ZnSO4.
b. Semua pupuk dicampur sampai diperoleh campuran homogen.
KASTRASI DAN TUNAS PASIR
1.Pembersihan Tunas Pasir
Tujuannya memperlancar sirkulasi udara dan mengatur kelembaban agar tidak terserang penyakit Marasmius.
Sebelum areal/blok masuk dalam kategori TM tidak diperbolehkan melakukan pekerjaan tunas apapun karena pada waktu tersebut jumlah pelepah belum optimum. Sehingga pelepah produktif tidak boleh dibuang.
§  Pekerjaan tunas pasir dilakukan dengan cara membuang pelepah satu lingkaran paling bawah (dekat tanah) dan juga pelepah kering. Dilakukan 6 bulan sebelum TM. Pelepah dipotong rapat ke pangkal dengan memakai dodos kecil (mata dodos 5 – 7,5 cm), kemudian pelepah-pelepah tersebut dikeluarkan dari piringan dan disusun di gawangan mati. Norma kerja pembersihan tunas pasir yaitu 1,5 – 3 HK/ha/rotasi
§  Selain membersihkan pelepah kering yang menempel tanah, juga dilakukan pembersihan buah-buah yang busuk dengan cara dipotong dan dibakar agar Marasmius tidak menular.
     2.Kastrasi Bunga dan Buah Pasir
Kastrasi atau disebut juga ablasi merupakan pekerjaan penting pada kelapa sawit sebelum tanaman beralih dari TBM ke TM. Tujuan utama dilakukannya kastrasi/ablasi adalah mengalihkan nutrisi untuk produksi buah yang tidak ekonomis ke pertumbuhan vegetatif sehingga pokok sawit yang telah diablasi akan lebih kuat dan pertumbuhannya seragam
§  Ablasi merupakan aktivitas membuang semua produk generatif, yaitu bunga jantan, betina, dan seluruh buah (yang terlanjur jadi) guna mendukung pertumbuhan vegetatif kelapa sawit.
§  Alat yang digunakan untuk kastrasi/ablasi berupa dosos kecil ukuran 4 cm dan gancu untuk menariknya.
§  Kastrasi dilakukan pada saat tanaman berumur 18 – 24 bulan, sehingga panen dapat dilakukan pada umur 30 bulan. Rotasi 1 x sebulan, dengan norma kerja 2,5 HK/ha/rotasi.
§  Pelaksanaan ablasi terakhir dilakukan enam bulan sebelum pokok dipanen. Ablasi mulai dilaksanakan jika lebih dari 50% pokok  kelapa sawit dalam satu blok telah mengeluarkan bunga jantan dan atau betina.
§  Pada kastrasi rotasi terakhir bunga jantan tidak dibuang , karena akan digunakan sebagai  media pengembangan  Elaeidobius camerunicus.
§  Pada tanah kelas 1 rotasi kastrasi dimulai umur 14 bulan dan diakhiri pada umur 20 bulan.  Sedangkan  tanah kelas II dan III rotasi kastrasi dimulai umur 18 dan diakhiri pada umur 24 bulan. Kastrasi dilakukan setiap dua bulan.
Tidak dibenarkan memotong pelepah segar pada saat kastrasi
 PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
1.    Pengendalian Hama
Hama utama yang dijumpai pada TBM, antara lain :
§  Hama ulat pemakan daun kelapa sawit (UPDKS), yaitu ulat api (Sethosea asigna, Setora nitens, Darna trima, Darna diducta, Darna brodleyi, Birthosea bisura), ulat kantong (Mahasena corbetti, Metisa plana)
§  Kumbang tanduk (Oryctes rhinoceros)
§  Tikus dan babi hutan memakan umbut/pucuk tanaman
§  Menanam beberapa tumbuhan yang bermanfaat dalam pengendalian UPDKS sebagai inang predator UPDKS, yaitu : Euphorbia heterophylla, Borreria alata, Cassia tora, Turnera subulata.
§  Penggunaan insektisida sistemik diupayakan sebagai tindakan terakhir dan dipilih jenis yang aman terhadap lingkungan.
§  Pengendalian hama tikus dapat  dilakukan dengan cara antara lain : secara mekanis yakni dengan cara merusak sarangnya dan pengasapan/ emposan serta membunuhnya pada saat hama tikus keluar dari sarangnya.
§  secara biologis yakni menggunakan masuh alami atau predator seperti  burung hantu, kucing, ular.
§  Pengendalian  Kumbang Oryctes rhinoceros
§  Upaya pencegahan yang dapat menghambat perkembangan larva Oryctes rhinoceros adalah penutupan batang kelapa sawit bekas replanting dengan kacangan penutup tanah secepat mungkin.pengumpulan kumbang secara manual dari lubang gerekan pada kelapa sawit, dengan menggunakan alat kail dari kawat. penghancuran tempat peletakkan telur secara manual dan dilanjutkan dengan pengumpulan larva untuk dibunuh, apabila jumlahnya masih terbatas.
§  pemberantasan secara kimiawi menaburkan insektisida butiran karbosulfan sebanyak (0.05-0.10 g bahan aktif per pohon, setiap 1-2 minggu) atau 3 butir kapur barus/pohon, setiap1-2 kali/bulan pada pucuk kelapa sawit.
§  Penangkapan kumbang dengan menggunakan ferotrap yang diisi feromon. Satu ferotrap digunakan untuk areal seluas 1-2 ha selama 2 bulan.
2.     Pengendalian Penyakit
Penyakit utama yang dijumpai pada TBM, antara lain :
§  Penyakit tajuk (Crown disease)
§  Penyakit busuk tandan (Marasmius sp)
Penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma boninense) Pengendalian penyakit tajuk  (Crown disease)
§  Umumnya sulit diobati karena merupakan penyakit bawaan dari bibit, kecuali serangan ringan
§  Seleksi bibit yang ketat di pembibitan
§  Memangkas semua pelepah yang bengkok untuk melihat tingkat keseriusan serangan (khusus untuk serangan ringan)
§  Meningkatkan pemeliharaan tanaman karena penyakit ini akan tambah parah bila kondisi hara dan pemeliharaan kurang baik
§  Memusnahkan dan mengganti dengan tanaman yang baru.
Pengendalian Penyakit busuk tandan (Marasmius sp)
§  Memperbaiki kelembaban pertanaman dengan melakukan sanitasi buah busuk dan pelepah kering
§  Melakukan panen secara teratur dengan rotasi 7 hari sekali
§  Melakukan penyemprotan fungisida dengan bahan aktif triadimefon
Pengendalian Penyakit busuk pangkal batang (Ganoderma boninense)
§  Penyakit ini menyerang tanaman generasi kedua dan ketiga
§  Menyebabkan kerusakan jaringan pangkal batang sehingga unsur hara dan air tidak dapat diangkut ke daun
§  Pengendaliannya menggunakan biofungisida Marfu-P dan ditabur di piringan pohon
PERSIAPAN PANEN
Areal pertanaman kelapa sawit dianggap masuk tanaman menghasilkan (TM) jika sebanyak 60% pohon telah berbuah dengan berat rata-rata tandan minimal 3 kg. Kegiatan persiapan panen meliputi : pembuatan jalan pikul, pembuatan tempat pengumpulan hasil dan pembangunan/pemeliharaan sarana kebun.
1.    Pembuatan Pasar Rintis
Pasar rintis atau pasar pikul atau pasar tikus adalah jalan bagi pemanen atau kegiatan lainnya di atara barisan tanaman serta menembus blok dari jalan pengumpul ke jalan pengumpul lainnya.
§  Pembuatan jalan rintis dilakukan pada umur tanaman 1 – 12 bulan dengan ratio 1 : 8, dan waktu tanaman berumur > 12 bulan jalan rintis dibuat dengan ratio 1 : 2 dengan lebar 1,2 m.
§  Pembuatan jalan rintis bisa secara manual atau secara kimiawi menggunakan herbisida kontak
§  Perawatan jalan rintis dilakukan bersamaan dengan rawat piringan.
2.Pembuatan Titi Panen
Titi Panen adalah jembatan yang terbuat dari papan kayu tebal 5 cm atau beton bertulang dengan konstruksi sangat sederhana pada parit yang memotong pasar rintis/ pasar tikus. Titi panen disebut juga titi pasar tikus atau titi jantan.
3.Pembuatan TPH
TPH adalah singkatan dari tempat pengumpulan hasil
Standar TPH :
a.  TPH dibuat setiap 3 jalan rintis untuk areal datar, sedangkan areal  bergelombang sampai berbukit disesuaikan dengan kondisi.
b.  Ukuran TPH :
TM I dan II ukuran 2 x 3 m.
TM III dan seterusnya ukuran 3 x 4 m.
c. Permukaan tanah TPH harus rata sehingga memudahkan menempatkan TBS.
d. Pemberian nomor TPH harus sesuai ketentuan SAP.
4.Tangga-Tangga Panen
Pada areal berbukit yang belum menggunakan sistim terrace kontur diperlukan pembuatan tangga-tangga.   Hal – hal yang perlu diperhatikan yaitu :
§  Dipilih lokasi yang tidak terlalu curam dan dibuat miring.
§  Dapat membantu  kegiatan panen dan perawatan tanaman
§  Jalur tangga-tangga sebaiknya langsung ke Collection Rood.
§  Perawatan rutin harus dilakukan pada tangga-tangga yang rusak akibat erosi.
PEMELIHARAAN SARANA KEBUN
1.    Pemeliharaan Jalan
Jalan berfungsi sebagai penghubung dari dan keluar kebun/pabrik, jalur transportasi TBS serta sebagai pembatas blok.
Pemeliharaan jalan yang terpenting adalah pemeliharaan/perawatan bentuk jalan dan tali air pada tepi badan jalan.
§  Pemeliharaan jalan utama (main rood) dengan cara mekanis menggunakan grader dan compactor
§  Rotasi pemeliharaan 1x6 bulan dengan penambahan sirtu atau tanah laterit dan dipadatkan dengan compactor 4-6 lintasan
§  Jika jalan rusak sebelum rotasi pemeliharaan cara mekanis, maka perbaikan dilakukan dengan cara manual
§  Pemeliharaan jalan produksi dan koleksi juga dengan cara mekanis, jika secara manual maka rotasi 1x1 bulan
§  Mendalamkan parit dan rorak jalan dari endapan tanah
2.    Pemeliharaan Parit
Mendalamkan Parit
§  Mendalamkan parit sampai dasar semula dari hilir ke hulu
§  Semua sampah atau kotoran berupa rumput
§  Kayu dan sampah lainnya dikeluarkan dari parit dan diletakkan di luar kaki lima, rotasi 2x setahun
Mencuci Parit
§  Kaki lima dibabat mepet, dimulai dari hilir ke hulu
§  Rumput diletakkan diluar kaki lima
§  Batang atau kotoran lainnya diangkat ke luar, rotasi 2 x setahun

Tidak ada komentar:

Posting Komentar