Metode Dan Cara
Pengendalian Gulma Di Perkebunan Kelapa Sawit
Program pengendalian gulma di perkebunan kelapa sawit
difokuskan pada daerah piringan dan gawangan.
Sasaran jenis gulma utama yang perlu dikendalikan diantaranyaalang-alang, rumput-rumputan lainnya dan gulma berdaun lebar (termasuk berbagai
jenis anak kayu).
Vegetasi alang-alang (Imperata
cylindrica) harus diberantas hingga tuntas karena memiliki banyak biji dan
tunas dorman sepanjang akar sulur (ryzoma) yang membuatnya mampu berkembang
biak secara cepat di hamparan luas, disamping sangat sedikit jenis tanaman lain
yang mampu menyainginya. Vegetasi
alang-alang yang luas dan padat beresiko mengakibatkan tanaman kelapa sawit
mengalami defisiensi nitrogen (N) dan fosfat (P), selain menjadikannya rawan
terhadap bahaya kebakaran.
Rumput-rumputan lainnya dan gulma berdaun lebar juga
harus dikendalikan berdasarkan tujuan praktis sebagai berikut :
1.
Pengendalian
gulma di piringan :
Untuk mengurangi
kompetisi penyerapan unsur hara dengan tanaman kelapa sawit, terutama pada TBM
yang perakarannya masih halus dan terkonsentrasi dalam piringan atau dekat
batangnya. Selain itu juga dimaksudkan
untuk mempermudah kontrol pemupukan, atau pengutipan brondolan di areal TM.
|
Pengendaliangulma di gawangan :
Untuk mengurangi
kompetisi hara, air dan sinar matahari dengan tanaman kelapa sawit, mempermudah
kontrol pekerjaan dari satu gawangan ke gawangan lain, serta menekan
perkembangan populasi hama (terutama di areal TBM).
Dalam hal ini tidak
semua jenis gulma perlu diberantas, misalnya vegetasi rumput-rumputan dan tanaman
setahun lainnya yang bersifat lunak, berakar dangkal dan tidak tumbuh tinggi
(seperti pakis Nephrolepis). Disamping
itu harus dijaga supaya intensitas pengendalian gulma jangan berlebihan hingga
berdampak menggundulkan permukaan tanah yang menjadikannya rawan terkena erosi.
A.1. Pengendalian Alang-alang
1.1.
Pengendalian alang-alang sheet
Metode yang efektif untuk mengendalikan vegetasi
alang-alang yang luas (sheet) adalah dengan cara penyemprotan herbisida kimia,
yaitu dengan produk herbisida yang mengandung bahan aktif glifosat. Alternatif
lainnya menggunakan herbisida berbahan aktif sulfosat atau imazapir, namun
produk lama yang pernah direkomendasikan sebelumnya telah habis ijin
pendaftarannya atau tidak lagi beredar di pasaran sehingga untuk menggantikannya
harus dilakukan kembali penelitian terhadap produk baru dari produsen yang sama
atau merek lainnya.
Tabel 01. Rekomendasi penggunaan herbisida untuk
mengendalikan alang-alang sheet.
Jenis dan kadar
bahan aktif
herbisida
|
Dosis
(liter produk/ hektar
blanket)
|
Aplikator
|
|||
Kawasan terbuka
|
Kawasan ternaungi
|
Jenis alat
|
Jenis nozel
|
Volume semprot
(liter/ha)
|
|
glifosat 360 g/l
|
6,0 – 7,0
|
4,0 – 5,0
|
Knapsack sprayer Solo atau CP-15
|
VLV 200
|
200 – 250
|
Polijet biru
|
450 - 600
|
|
Keterangan :
Volume semprot medium (450 – 600 liter/ha) dipakai jika
pertumbuhan alang-alang cukup tebal atau kecepatan angin cukup tinggi di areal
yang akan disemprot.
Senyawa glifosat bersifat sistemik purna tumbuh dan non
residual untuk menghambat sintesa protein dan asam amino aromatic pada jaringan
alang-alang. Efek herbisida tersebut
yang terlihat pada tubuh alang-alang yang kontak setelah 2 – 4 hari
disemprotkan adalah menguning dan layu secara bertahap, dan beberapa minggu
kemudian menjadi coklat terbakar dan akar sulurnya rusak atau membusuk.
Selama penyemprotan herbisida glifosat harus dihindari
terjadi percikan liar yang mengenai pelepah kelapa sawit sebab beresiko menyebabkan pertumbuhan
abnormal pada pelepah muda. Oleh karena
itu pengendalian alang-alang di areal tanaman baru (umur < 1 tahun)
dilakukan secara manual untuk mencegah tanaman muda yang masih rawan tersebut
mengalami kerusakan akibat percikan larutan semprot herbisida yang terbawa
angin. Selain itu jadwal penyemprotan glifosat harus ditunda jika cuaca mendung
(berawan tebal yang berpotensi turun hujan < 6 jam kemudian) karena
berpengaruh mengurangi efektifitasnya terhadap alang-alang. Waktu terbaik
penyemprotan herbisida glifosat adalah di pagi hari ketika angin belum begitu
kuat berhembus, serta dilakukan pada stadia alang-alang yang diperkirakan
anakannya sudah muncul semua di permukaan tanah dan sebelum mulai berbunga.
Mengendalikan alang-alang yang tumbuh sporadis
(terpencar-pencar) lebih tepat secara spot-spraying,
dan kemudian dilakukan kontrol alang-alang secara ”wiping” jika perkembangannya
semakin terbatas.
|
Selain cara wiping, alternatif lainnya adalah menggunakan
botol tetes atau pompa semprot nyamuk (hand
sprayer) untuk mengaplikasikan herbisida.
Cara ini sama-sama dimaksudkan supaya pemakaian bahan herbisida menjadi
lebih sedikit dibandingkan cara penyemprotan spot-spraying, dimana hanya sedikit herbisida yang diteteskan pada
batang alang-alang atau mengarahkan langsung semprotan dari nozzle hand sprayer sebanyak tiga kali
semprotan ke tengah-tengah rumpun alang-alang.
A.2. Pemeliharaan Piringan,alan rintis dan TPH
Piringan, jalan rintis (jalan panen), dan TPH merupakan
sarana penting dalam kegiatan produksi dan perawatan tanaman kelapa sawit
sehingga perlu secara berkesinambungan dirawat dengan cara manual dan/ atau
memakai herbisida supaya berfungsi sebagaimana mestinya.
1.
Piringan
adalah tempat aplikasi penaburan pupuk dan menampung tandan buah dan berondolan
yang jatuh ketika panen.
2.
Jalan
rintis merupakan sarana jalan yang dilewati pekerja untuk mengangkut buah ke
TPH dan lain-lain pekerjaan operasional (perawatan tanaman, sensus dsb.).
3.
TPH
(tempat pengumpulan hasil) dipakai meletakkan buah hasil panen sebelum diangkut
ke PKS.
|
Tabel 02. Rekomendasi
metode perawatan piringan, jalan rintis dan TPH.
Umur tanaman
|
Sasaran
|
Metode
|
Herbisida
|
Aplikator
|
Rotasi/
tahun
|
Keterangan
|
|||
Jenis
dan kadar bahan aktif
|
Dosis
produk (ml/ha/ rotasi)
|
Jenis
|
Nozel
|
||||||
≤ 1 tahun
|
Piringan
|
Manual
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1 x 1 bln
|
6
bulan pertama dikerjakan kontraktor
|
|
Jalan
rintis (1 : 8) dan jalan kontrol
|
Manual
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1 x 1 bln
|
|||
2 tahun
|
Piringan
|
Kimia
|
glifosat 360 g/l + fluroksipir 200 g/l
|
170 ml + 43 ml
|
CP – 15 Solo
|
VLV 200
|
4 kali
|
Jari-jari = 2 m
|
|
Jalan
rintis (1 : 4) dan jalan kontrol
|
Kimia
|
glifosat 360 g/l + fluroksipir 200 g/l
|
33 ml +
9 ml
|
CP – 15 Solo
|
VLV 200
|
4 kali
|
Jari-jari = 2 m
|
||
3 tahun
|
Piringan
|
Kimia
|
glifosat 360 g/l + fluroksipir 200 g/l
|
270 ml + 67.5 ml
|
CP-15 Solo
|
VLV 200
|
4 kali
|
Jari-jari = 2,5 m
|
|
Jalan rintis (1 : 2) dan jalan kontrol
|
Kimia
|
glifosat 360 g/l + fluroksipir 200 g/l
|
65 ml + 17 ml
|
CP-15 Solo
|
VLV 200
|
4 kali
|
Lebar = 1 m
|
||
TPH
(1,4 unit/ha)
|
Manual
|
-
|
-
|
-
|
-
|
1 kali
|
4 x 7 m
|
||
4 – 5 tahun
|
Piringan
|
Kimia
|
glifosat 360 g/l + fluroksipir 200 g/l
|
270 ml + 67.5 ml
|
MHS
|
Kuning
|
4 kali
|
Jari-jari = 2,5 m
|
|
Jalan rintis (1 : 2) dan jalan kontrol
|
Kimia
|
glifosat 360 g/l + fluroksipir 200 g/l
|
65 ml + 17 ml
|
MHS
|
Kuning
|
4 kali
|
|
||
TPH
|
Kimia
|
bersama dengan
semprot pasar rintis
|
MHS
|
Kuning
|
4 kali
|
p4 x
7 m
|
|||
> 6 tahun
|
Piringan
|
Kimia
|
glifosat 360 g/l + fluroksipir 200 g/l
|
170 ml + 43 ml
|
MHS
|
Kuning
|
3 kali
|
Jari-jari = 2 m
|
|
Jalan rintis (1 : 2) dan jalan kontrol
|
Kimia
|
glifosat 360 g/l + fluroksipir 200 g/l
|
65 ml + 17 ml
|
MHS
|
Kuning
|
3 kali
|
Lebar = 1 m
|
||
TPH
|
Kimia
|
bersama dengan
semprot pasar rintis
|
MHS
|
Kuning
|
3 kali
|
4
x 7 m
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar